Selasa, 19 Juli 2011

Cerita tentang sebuah hak

Minggu pagi,aku pergi ke depok naik angkot langganan 112. di depan pasar naiklah pengamen dan langsung memainkan gitarnya,bernyanyi. kayaknya sih lagu sendiri. suaranya lumayan,dan nyanyinya pun nggak ngasal.
Dia sudah menyanyikan hampir seluruh lagu ketika ada seorang penumpang turun. melihat gelagat itu,turunlah si pengamen ketika sopir melambatkan angkot. tapi angkot nggak juga berhenti, karena sedang macet dan kebetulan ada di persimpangan jalan. berhentilah angkot beberapa meter kemudian menurunkan penumpang. lalu jalan lagi meninggalkan si pengamen yang belum sempat menagih upahnya.tiba-tiba di lampu merah depan.
Mr.X menegur si sopir angkot yang kunaiki. "bang,jangan main ninggalin kaya gitu dong!"
Oh, ternyata pengamen tadi. saking sakit hatinya dia sampe jalan ke lampu merah untuk ngedamprat si sopir.
Si sopir sambil kaget, "iya mas.sori ya mas."
"Jangan main ninggalin kaya gitu lagi. saya kan.." entah apa yang dia bilang, aku tak dengar..bising soalnya..
Lucu sih sebenernya ngeliat kejadian itu. ngeliat pengamen yang harga dirinya tercoreng gara-gara si sopir yang dianggapnya nggak ngehargai dia. padahal logikanya, yang punya mobil kan si sopir (asumsi lah ya..meskipun kebanyakan yang punya angkot ya juragan angkot), jadi terserah pak sopir mau gimana. masih untung dia diijinin ngamen di mobilnya. tapi si pengamen punya logika lain. menurutnya angkot adalah fasilitas umum, dimana semua pengamen memiliki kesempatan yang sama untuk mencari rejeki. begitupun dengan pengamen cilik kecrek kecrek atau peminta sedekah mesjid. seperti pedagang kaki lima yang menganggap pinggiran jalan atau halaman depan toko sebagai properti bersama. mereka bebas merdeka buka lapak.
Kadang kita lupa akan hak orang lain. apa yang sebenarnya adalah hak orang, tapi karena sudah direbut, dirampas dan tidak ada yang protes, jadilah kebiasaan yang ditolerir. sebuah tradisi baru. menjadi sesuatu yang general dan diikuti oleh orang lain. seperti kebiasaan berdagang di trotoar, bukankah trotoar adalah hak pejalan kaki? tapi karena sudah jadi kebiasaan, hal itu seakan jadi hal yang lumrah. ketika semua orang merokok, bukankah udara bersih adalah hak bagi mereka yang tidak merokok? ketika kita bisa hidup cukup bahkan bermewah-mewah, bukankah ada hak orang miskin di dalamnya?
Oh soal pengamen tadi...itu cuma intro. kalau si pengamen lebih peka sedikit, bukankah ia sudah melanggar hak penumpang yang ingin ketenangan (meskipun nggak bisa dibilang tenang juga sih diantara keributan jakarta). atau hak si sopir yang nggak ingin penumpangnya nggak diganggu (kayak yang peduli aj :D).
Benar atau salah,entahlah. hanya menyuarakan yang ada di pikiran. dan no offense loh.. cuma kalau kita sering menuntut hak kita, kenapa kita masih juga mengabaikan hak orang lain?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar